Home » » Dari Stasiun Sudimara Hingga Palmerah

Dari Stasiun Sudimara Hingga Palmerah

Written By Pojok Berita on Senin, 07 Oktober 2013 | 00.50

ACE Hasan Syadzily, anggota Komisi VIII DPR yang getol mengkritisi kebijakan soal haji dan program BLSM, punya komitmen pribadi. Meski sudah jadi anggota Dewan, setiap hari ia masih naik kereta api (commuter line). 
Ace Hasan Syadzily



"Dengan naik KRL saya juga merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya. Tidak mentang-mentang sudah jadi anggota DPR, kebiasaan ini ditinggalkan"

LIBASS - DI antara anggota Komisi VIII DPR yang sangat gelisah dengan kebijakan pemotongan kuota haji dunia 20 persen untuk masing-masing negara adalah Tubagus Ace Hasan Syadziiy.
Ia mempersoalkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi itu yang terkesan mendadak, tidak jauh hari diberitahukan kepada Pemerintah Indonesia. Ia pun lalu menanyakan hal itu saat bertemu Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. "Jawabannya kami temukan kendati tidak mereka akui secara terus terang. Mereka sangat pede dengan targetnya. Tetapi ternyata tidak menjadi kenyataan," sambung politisi muda Partai Golkar ini.
 Menurut Ace, Pemerintah Arab Saudi menerapkan kebijakan penurunan kuota jemaah haji 20 persen lantaran keterlambatan penyelesaian rehabilitasi Masjidil Haram. Sebelumnya, Masjidil Haram berdaya tampung 48 ribu jemaah, dan kini hanya dapat menampung 22 ribu jemaah. "Kuota Indonesia pada 2013 ini 211.000 jemaah. Akibat pengurangan itu sebanyak 42.200 orang calon jemaah haji terancam bakal berangkat," kata Ace.
 Di antara anggota DPR pergantian antar waktu (PAW), Ace termasuk sosok yang langsung melejit dan mendapat tempat di kalangan wartawan. Putra asli Pandeglang, Banten, ini kerap menjadi narasumber dalam sejumlah diskusi di Kompleks Parlemen. Isu soal haji dan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) nampak dikuasainya dengan amat baik.
 "Saat dilantik saya siap ditempatkan di Komisi apa saja. Ketika Pimpinan Fraksi Golkar menempatkan saya di Komisi VIII, saya harus cepat beradaptasi dan mempelajari semua isu tentang mitra kerja," kata Ace membuka rahasia.
 Hal unik dari Ace adalah kebiasaannya sejak dulu sampai sekarang. Kendati sudah menjadi anggota DPR, ia tetap menggunakan transportasi publik kereta api (commuter line) untuk aktivitas kesehariannya. Bagi Ace, mengggunakan transportasi publik bukan sekadar kebutuhan tetapi juga terkait komitmen.
 "Komitmen untuk terus mengkampanyekan pentingnya transportasi publik yang aman dan nyaman dengan tujuan penghematan BBM dan terciptanya lingkungan yang bersih," kata Ace yang menggantikan pendahulunya Mamat Rahayu yang hijrah ke Partai Nasional Demokrat (NasDem). 
 Ace berkomitmen kepada diri sendiri untuk  mengutamakan transportasi publik KRL dari Stasiun Sudimara ke Stasiun Palmerah. "Stasiun Palmerah kan dekat sekali dengan Gedung DPR. Tinggal jalan kaki. Komitmen saya ini dalam rangka mengurangi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya," kata Ace.

Naik KRL juga, tambah Ace, adalah upaya mendekatkan diri dengan masyarakat. Pejabat publik harus menyerap aspirasi masyarakat bawah, tidak bisa hanya duduk di menara gading. Tidak cukup hanya memantau tetapi juga harus berempati dan merasakan. "Dengan naik KRL saya juga merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya. Tidak mentang-mentang sudah jadi anggota DPR, kebiasaan ini ditinggalkan," katanya. 
 "Tapi saran saya untuk manajemen PT KAI, segera sempurnakan sistem tiket elektronik yang masih kacau dan tambah gerbong agar lebih manusiawi," usulnya sebagai komuter.
 Hanya punya waktu kurang dua tahun di DPR, Aceh justru terlecut giat bekerja. Ia berupaya memanfaatkan sisa masa jabatannya dengan kerja nyata dan bukan sekadar wacana. "Saya memaksimalkan posisi saya sebagai anggota DPR sesuai dengan tugas dan fungsi pokoknya, terutama menyerap dan memperjuangkan aspirasi daerah yang saya wakili, yaitu Pandeglang dan Lebak," ujar Ace yang juga Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar ini.
 "Pendidikan madrasah dan pesantren merupakan ruang lingkup di Komisi VIII. Peningkatan kualitas pendidikan madrasah dan pesantren di Indonesia, khususnya di daerah pemilihan saya, perlu ditingkatkan. Kebetulan di dapil saya terdapat banyak pesantren dan madrasah yang perlu mendapat perhatian," kata Ketua PP Gerakan Pemuda Anshor ini.
 Ace lahir di Pandeglang, Banten, 19 September 1976, putera keempat dari pasangan almarhum KH. Tb Rafe’i Ali dan Almarhumah Hj. Siti Sutihat. Pengalaman organisasinya dimulai dari aktivis kampus sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Adab dan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997-1999. Ace termasuk pimpinan gerakan mahasiswa tahun 1998. Terlibat aktif dalam gerakan penguatan masyarakat madani (civil society) melalui Indonesian Institute for Civil Society (INCIS). 
 Menyelesaikan pendidikan S-2 di FISIP Universitas Indonesia dan kini sedang menulis disertasi doktor (S-3) bidang Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran. Ia aktif di Partai Golkar sebagai Wakil Sekretaris Jenderal dan organisasi kemasyarakatan, seperti AMPI (Ketua DPP),  Majelis Dakwah Islamiyah (MDI/Ketua DPP) dan Ormas MKGR (Wakil Sekjen DPP). Sebelum dilantik menjadi anggota DPR RI, Ace mengajar almamaternya, UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta, sempat pula menjadi staf ahli Anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. LIBASS Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger